TRADISI RITUAL MANTEN KUCING DESA SUMBEREJO KECAMATAN GEDANGAN
Tradisi Manten Kucing merupakan tradisi memohon hujan ketika terjadi musim kemarau panjang pada daerah tersebut. Mempunyai tata cara tersendiri dalam upacaranya, tetapi tidak meninggalkan kesan sakral. Menurut cerita, tradisi tersebut diawali oleh leluhur dulu. Kala itu terjadi musim kemarau panjang yang membuat persawahan, sungai, dan telaga kering. Warga yang mayoritan petanipun resah. Beberapa ritualpun telah dilakukan, tetapi hujan tidak setetespun turun. Ditengah kegelisahan tersebut, tanpa sengaja e mandi di Kali Putih. Tiba-tiba kucing Condo-mowo (Kucing yang memiliki tiga warna berbeda) ikut mandi denganya.Sepulang h memandikan kucing peliharaanya di kali putih tak lama itu di kawasan desa Sumberejo turun hujan deras. Warga yang menunggu-nunggu hujan turunpun sangat bahagia. Semenjak itu, warga desa meyakini bahwa hujan turun berkaitan dengan u memandikan kucing peliharaanya. Ketika desa Sumberejo dijabat Kepala Desa yang pertama kemarau panjang melanda desa ini lagi.Saat itulah mencari dua ekor kucing Condo-mowo yang diambil dari arah barat dan timur desa. Kedua ekor kucing tersebut kemudian di mandikan di kali. Dan beberapa hari setelah memandikan kucing, hujanpun mengguyur desa setempat. Sejak saat itu, ketika desa Pelem mengalami kemarau panjang, warga akan meminta kepada kepala desa untuk mengadakan ritual Temanten Kucing.
Berikut merupakan prosesi Temanten Kucing yang di gelar saat ini:
- Prosesi “Temanten Kucing” diawali dengan mengirab sepasang kucing jantan dan betina byang dimasukkan dalam keranji.
- Dua ekor kucing itu dibawa sepasang “pengantin” laki-laki dan wanita. Di belakangnya, berderet tokoh-tokoh desa yang mengenakan pakaian adat Jawa. Sebelum dipertemukan, pasangan “Temanten Kucing” dimandikan di Kali putih Secara bergantian, kucing jantan dan kucing betina dikeluarkan dari dalam keranji. Lalu, satu per satu dimandikan dengan menggunakan air telaga yang sudah ditaburi kembang.
- Usai dimandikan, kedua kucing diarak menuju lokasi pelaminan. Di tempat yang sudah disiapkan aneka sesajian itu, pasangan kucing jantan dan betina itu “dinikahkan”. Sepasang laki-laki dan perempuan yang membawa kucing, duduk bersanding di kursi pelaminan. Sementara dua Temanten kucing berada di pangkuan kedua laki-laki dan wanita yang mengenakan pakian pengantin itu. Upacara pernikahan ditandai dengan pembacaan doa-doa yang dilakukan sesepuh desa setempat. Tak lebih dari 15 menit, upacara pernikahan pengantin kucing usai.
Setelah upacara Manten Kucing selesai, warga semua berkumpul untuk mengadakan selamatan atau istilah jawa ambengan dikisaran kali putih tersebut dengan harapan meminta kepada sang pencipta untuk dikabulkan doa yang dipanjatkan. Belakangan, Pemdes Sumberejo akan mengukuhkan ritual manten kucing sebagai kebudayaan asli daerah tersebut dan juga sudah digunakan sebagai icon wilayah dan yang sudah dilakukan dilakukan dengan adanya batik motif manten kucing dan tarian manten kucing.